Satu tahun telah berlalu.
Bulan ini, di tahun yang lalu.
Agustus 2016.
Aku merasakan berat.
Berat untuk kehilangan.
Hal pertama yaitu ketika aku melepaskan kekasihku (saat itu). Seseorang
yang mungkin telah kupuja, kudamba, hingga melupakan segalanya. Dia
tempatku menggantung semuanya, hingga akhirnya semua hancur seketika
dengan satu kata. Putus. Hatiku yang lama tertaut padanya sudah tak
dapat lagi bersandar. Telah hancur. Berkeping....
Hal kedua yaitu ketika aku harus melihat kematianmu, Pussyku sayang.
Kucing kesayanganku. Aku harus melihat dia berjalan perlahan ke arahku
dengan air liur di mulutnya yang menetes. Aku menghampirinya mencoba
menolong. Dia beberapa kali mencoba mengeluarkan isi perutnya. Namun tak
sanggup. Aku kebingungan melihatnya. Pussy berjalan kesana kemari,
entah apa yang dia cari, akupun membuntutinya. Tiba-tiba saja dia
kencing sembarangan dengan keadaan tubuhnya yang sesekali kejang.
Sungguh aku tak sanggup mengingatnya. Pussy, aku menyayangimu.
Dia
melakukan hal itu berkali-kali. Berjalan kesana kemari, tubuhnya
mengejang. Aku yang tak kuat menahan air mata pun akhirnya menangis
dengan deras. Adikku pun tak tau harus berbuat apa. Sisa air kelapa pun
sudah kami coba berharap bisa menetralkan racun di perutnya. Namun
sulit, Pussy berkali-kali memberontak tak mau menelan air kelapa itu.
Pussy mencoba lari, dia ingin pergi dari rumah. Tapi daripada Pussy mati
diluar sana dan tak kutemukan jasadnya, akhirnya kami memutuskan untuk mengurungnya di kandang.
Aku menemani Pussy. Malam itu gelap. Larut. Aku sedih menatapnya. Tubuhnya terus kejang-kejang. Kakinya menghentak-hentak terus. Aku
terus menemaninya. Sesekali aku menyentuh bulunya mencoba menenangkannya. Tapi percuma. Tubuh Pussy kotor. Basah karena air kencingnya sendiri. Matanya terbelalak berisyarat seakan meminta pertolongan. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya bisa menunggu ia berhenti dari kesakitan itu. Menunggu malaikat datang membawanya. Beriringan dengan air mataku yang juga terus menetes
tanpa hentinya. Sungguh aku takut kehilangan Pussy.
Dia adalah kucing pertama yang membuatku tak lagi takut dengan kucing.
Dia adalah kucing yang setiap harinya kupuji karena "cantik"nya dia. Dia
adalah kucing yang selalu ku panggil ketika aku merasa lelah. Dia
adalah kesayanganku. Dia adalah hewan yang selalu kucari, kuhampiri, ku peluk, ku sayang, terkadang tidur disampingku. Dan dia juga yang menemaniku, menghiburku saat aku kehilangan kekasihku.
Berat sekali.
Sungguh berat.
Setelah mengalami kesakitan dan kejang-kejang itu, akhirnya Pussy berhenti dari kejangnya. Matanya terbuka ke arahku. Pussy telah mati. Malaikat mungkin sudah membawanya. Untuk terakhir kalinya aku menatap Pussy, berjumpa dengan jasadnya dalam keadaan yang malang.
Setelah mengalami kesakitan dan kejang-kejang itu, akhirnya Pussy berhenti dari kejangnya. Matanya terbuka ke arahku. Pussy telah mati. Malaikat mungkin sudah membawanya. Untuk terakhir kalinya aku menatap Pussy, berjumpa dengan jasadnya dalam keadaan yang malang.
Aku masih tak sanggup melepaskannya.
Bagaimana dengan hatiku saat itu?
Bertambah hancurnya.
Kemana lagi aku berlari untuk menyembuhkan kepingan hati ini?
Mungkin inilah kehendak Allah.
Mungkin inilah takdir Allah.
Tak ada tempat bersandar yang lebih baik selain Allah. Kejadian tahun
lalu adalah tamparan terberat dan terbaik untukku. Karena semenjak itu.
ALLAH kembalikan aku pada-Nya.
Selama ini aku tak sadar bahwa Allah merindukanku. Selama ini aku sibuk
dengan kekasihku (dulu) hingga fokusku padanya dan melupakan-Nya.
Bukankah baik sekali Tuhanku? Aku yang selama ini melalaikan-Nya, kini
menamparku dan membawaku kembali pada-Nya. Ini adalah tamparan terbaik
dan terindah yang aku rasakan.
Mana mungkin aku akan mengatakan Allah jahat karena telah mengambil dua
hal terbaik dalam hidupku? Mungkin dua hal itu memang terbaik dalam
hidupku, tapi hanya di kehidupan dunia. Sedangkan Allah ingin tunjukkan padaku, sadarkan aku
bahwa masih ada kehidupan lain yang harus aku pikirkan. Ya. Kehidupan akhirat. Yang selama ini kuabaikan.
Ketika hancurnya aku atas dua hal itu, aku mampu melakukan sholat dengan
lebih khusuk dari biasanya (Alhamdulillah). Mungkin saat itu, saat hancurya aku, aku merasa benar-benar sedang menghadap Tuhanku untuk meminta keadilan-Nya. Aku melakukan sholat dengan terisak-isak.
Setelah salam, aku berdoa dan menangis sejadi-jadinya.
Aku mulai membaca
Al-Quran lagi, setelah sekian lama aku mengabaikannya. Aku membacanya dan hatiku bertambah hancur sehancur-hancurnya. Aku tetap
membacanya walaupun dengan isak tangisku. Sungguh aku malu. Aku malu
pada Tuhanku. Aku malu atas begitu banyak dosa yang telah aku perbuat.
Aku malu telah berbahagia diatas dosa bersama dengannya. Tapi ketika aku hancur karenanya, baru aku berlari mencari-Nya? Pantaskah sikapku? Kalau
Tuhanku tak memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim, mungkin telah
hancurlah aku diazab oleh-Nya. Tapi kenyataannya? Tuhan semakin
menunjukkan padaku jalan yang lurus. Tuhan membuatku lebih ikhlas. Aku merasa Tuhan semakin memelukku.
Sungguh Tuhanku adalah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
Tak ada yang mampu melebihi kasih sayang Allah padaku, bahkan orangtuaku
sekalipun, tak mampu mengalahkan kasih sayang-Nya.
Maha Suci Allah.
Atas Kehendak Allah.
Aku bersyukur atas segalanya.
Hari berganti hari.
Siang berganti malam.
Aku mencoba tetap menjalin hubunganku dengan-Nya.
Dan aku tak dikecewakan-Nya.
Aku
semakin mendekatkan diri melalui mukjizat yang Dia turunkan, yaitu
Al-Quran. Setiap ayat yang kubaca menggetarkan hatiku. Kemudian aku
mencoba membaca terjemahannya, aku merasa Allah berbicara padaku. Aku
semakin dekat. Aku merasakan cinta ini mulai muncul. Aku merasakan
ketenangan. Aku merasakan kebahagiaan. Aku merasakannya. Dan aku merasa
beruntung telah merasakannya. Mungkin ini yang disebut dengan IMAN. Aku
senang membaca Al-Quran. Aku mulai senang membacanya, memahami apa yang Allah sampaikan padaku. Aku sangat senang.
Aku semakin sadar bahwa betapa jauhnya aku dengan Tuhanku selama ini. Semakin sadar
betapa awamnya aku terhadap ilmu agama. Selama ini aku menganggap
agama hanya salah satu mata pelajaran di sekolah saja. Dulu aku anggap
"Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia" hanya teori saja. Namun setelah
aku mencoba membaca terjemahannya, Allah banyak berbicara padaku. AGAMA
ITU PENTING. Agama adalah pondasi. Pondasi dari segalanya. Dan Al-Quran
sebagai pedoman hidup manusia adalah KEBENARAN YANG TERABAIKAN.
Aku merasa bodoh sekali selama ini. Hanya mengejar dunia saja. Hafalan
Surah hanya beberapa saja. Dan hafal hanya yang mudah-mudah saja.
Memalukan. Aku malu pada diriku sendiri.
Aku harus banyak bersyukur. Ini adalah tamparan terhebat, terbaik,
terindah yang Allah berikan padaku hingga aku bisa sejauh ini. Aku ingin
lebih jauh mengenal-Mu, ya Allah. Aku bersyukur telah lahir di keluarga
muslim walaupun ketaatan kami mungkin belum sebaik mereka orang-orang
beriman yang telah Kau jamin Surganya. Aku bersyukur lahir sebagai seorang muslim. Aku bersyukur dan
harus bangga.
Agustus 2016
Tamparan terhebat yang membukakan mataku dan juga hatiku.
Saat bertambahnya umurku dan juga rasa syukurku.
Terimakasih Tuhan.
Atas jalan hidup yang Kau pilihkan. Semua indah sesuai rencana-Mu.
Satu tahun telah berlalu dan tahun ini aku telah menginjak umur ke-20.
Aku bersyukur masih diberi waktu hingga saat ini. Untuk belajar agama dan mencari jalan lurus-Mu.
Di hari kelahiranku, aku takkan berharap kejutan meriah dari orang-orang. Aku takkan pernah
mengharapkan ucapan "selamat ulang tahun" dari orang lain. Tidak akan.
Karena aku sadar yang aku butuhkan bukanlah itu. Karena yang kuharapkan dan kubutuhkan saat ini hanyalah DOA.
Doa terbaik yang mampu menuntunku pada jalan-Nya yang lurus.
Terimakasih telah membaca cerita panjangku ini.
Kisah sesungguhnya lebih rumit. Ini hanya secara garis besar saja. Dan
langkahku untuk berhijrah tak secepat itu, karna sempat ada kebimbangan
yang membelenggu.
Hijrah itu tak mudah, semakin kesini, setahun ini, imanku sempat naik
turun. Hatiku sempat goyah. Dan jujur, aku merasa imanku sedikit
berkurang. Aku rindu manisnya iman.
Dan sekarang aku berada di masa-masa berat (lagi). Yaitu ketika setan mulai membisikkan dan memasukkan sifat-sifat buruknya padaku. Tolong tampar aku jika aku mulai berlaku sombong. Tolong tampar aku jika aku mulai meremehkan orang lain. Berhijrah itu mudah. Tapi untuk istiqomah sangatlah sulit. Semoga Allah menguatkanku. Aamiin....
"ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan di atas ketaatan kepada-Mu"